Jika ada lelaki paling lemah di muka bumi ini, mungkin Ia
adalah diriku. Bagaimana bisa tanganku gemetar saat memegang perkakas. Suaraku gagap
dan tak lantang, orang lain harus bilang "Apa..?" agar tahu apa yang
ku katakan. Air mataku kering, sayup-sayup memandang orang, terlihat seperti
orang ngantuk. Badanku kecil tak berotot. Aku sangat lambat. Lelaki macam apa
aku ini…?
Diantara lelaki lain, akulah yang paling tak bernilai. Ada yang
ulet, tangannya terampil, bisa mengerjakan apa saja, tak bisa diam selalu
bekerja. Ada yang jago strategi, bermain politik, selalu dimintai saran oleh
bawahannya. Ada yang berilmu tinggi, menguasai segala teori, banyak bicara dan
pandai bercerita. Ada yang berperawakan kekar, jantan, berstamina tinggi dan penakluk
alam. Ada yang pandai mencari uang, dikenal banyak orang, mapan dan
berpenampilan meyakinkan. Ada yang pandai beribadah, hafal ayat-ayat Tuhan,
sholeh dan sering membantu sesama. Ada yang jago berkelakar, hebat dalam
berkesenian, memiliki banyak kawan. Ada yang tampan, rupawan, pujaan para
perempuan. Ya setidaknya itulah yang sering ku dengar dari para perempuan,
akulah yang paling rendah, tak pernah diperhitungkan.
Katanya lelaki harus seperti itu. Aku pernah berusaha
menjadi seperti mereka. Tak satupun yang ku dapatkan. Meskipun katanya pula,
dalam diri seseorang pasti ada kelebihan dan kekurangannya. Oh Tuhan, ada
banyak kekurangan dalam diri ini. Saking sibuknya menghitung kekuranganku ini
sampai tak tahu apa kelebihan yang kumiliki. Akulah lelaki terlemah, untuk
dibandingan dengan lelaki lain pun aku selalu kalah.
Akulah lelaki terlemah di muka bumi ini. Untuk melangkah ke rumah
Tuhan saja aku tak mampu. Padahal Engkaulah yang memberikanku segalanya
meskipun sebagai seorang lelaki yang lemah. Jika aku mati, apakah aku tetap
lemah seperti ini? Apakah mereka yang kuat tetap kuat seperti saat hidup di
dunia?
Kasihan, 20 November 2014