Tuesday 3 January 2017

Butuh Motivasi

Terkadang seseorang tidak butuh kata-kata untuk dipahami. Untuk kondisi yang lelah pastinya seseorang butuh istirahat. Untuk bisa beristirahat, seseorang membutuhkan kondisi dan situasi yang nyaman. Untuk itu semua, seseorang membutuhkan perhatian. Untuk itu semua, seseorang membutuhkan seseorang yang lain untuk menolongnya.

Apa yang dilakukan seseorang pasti memiliki tujuan. Apa yang tidak dilakukan seseorang juga demikian. Apakah seseorang harus menjadi orang lain hanya untuk memenuhi keinginan seseorang yang lain? Bukankah keterpaksaan tidak mengenakkan. Lebih baik mendukung apa yang telah dilakukan oleh seseorang daripada menyuruhnya untuk melakukan hal lain. Jika seseorang terpuruk atas apa yang telah dilakukannya, bukakankah tugas seseorang yang lain untuk memotivasinya.

Tentu perbuatan yang baik lah yang harus didukung. Terlalu banyak orang yang berbuat baik sehingga terkadang kita membandingkan itu semua. Semua orang punya cara dalam berbuat kebaikan. Seseorang bahkan sangat berhati-hati dalam berbuat baik. Karena sesungguhnya berbuat baik itu sukar. Tak semudah berbuat dosa.

Bisakah kita diam-diam berbuat baik, seperti layaknya kita berbuat dosa?









Thursday 29 December 2016

Ingin Sepi

Ingin Sepi


Aku takut tidak bisa kesepian
Aku butuh kesepian
Karena dalam sepi aku bisa jujur
Karena dalam sepi aku rindu

Pleret, 29 Desember 2016

Tuesday 13 December 2016

All my Failures

Kesuksesan seseorang dinilai dari materi yang Ia miliki serta penampilan fisiknya. Demikianlah pendapat banyak orang. Walaupun bagi sebagian orang tidaklah demikian, stereotip tetap lah stereotip. Mau tak mau anggapan tersebut merasuk ke dalam benak sebagian besar masyarakat kita. 

Bagi orang yang hidup penuh keyakinan akan agama, Ia pasti menilai kesuksesan adalah ketika Ia mati dalam keadaan baik, dan setelah mati masuk surga. Maka Ia menghindari hal-hal yang menyebabkan kesuksesan itu tidak tercapai alias gagal. Sukses tidaknya hanya Ia, malaikat dan Tuhan lah yang tahu. Bagi pemulung yang hidup di jalanan, kesuksesan adalah ketika Ia cukup makan setiap hari. Entah makanan itu layak dimakannya atau tidak, yang penting perut kenyang. Bagi para revolusioner, kesuksesan adalah ketika ideologinya mampu diteruskan oleh pengikutnya sepanjang masa.

Terlalu panjang membahas tentang kesuksesan. Sampai pada suatu ketika ada sebuah kondisi saat kamu punya ijazah sarjana dan kamu tidak memiliki pekerjaan apapun. Sementara tetanggamu hanya lulusan SMA dan Ia mampu membuatkan rumah untuk orangtuanya. Atau saat orang lain sedang bergelut dengan bidang yang kamu pelajari di bangku kuliah, beberapa bulan saja Ia dalami materi tentang bidang itu tetapi Ia jauh diatasmu karena memiliki pendapatan yang tetap dengan bidang tersebut. Disitulah perdebatan akan kesuksesan harus dimulai.

Bagiku kesuksesan memang tentang materi seperti anggapan banyak orang. Tetapi aku tak ingin menjadi orang yang sukses karena pengorbanan jauh lebih penting. Untuk apa sukses jika kerusakan terjadi atas kesuksesan tersebut. Lebih baik menderita. Oh tidak, aku tak ingin orang lain sukses dengan meninggalkan kerusakan aku juga tak ingin orang lain menderita karena berkorban. I have to do something better then.

Tuesday 12 July 2016

Sia-sia

Meminta maaf dan memberikan maaf itu penting. Tapi lebih penting mengubah sikap yang menyebabkan kesalahan terhadap orang lain. Tidak banyak orang yang menyadari tentang sikapnya, penyebab kesalahan tersebut. Karena ada saja orang yang sudah dicacimaki tentang kesalahannya tetap saja Ia tidak mengubah sikapnya itu. Ia meminta maaf atas salahnya tetapi tidak mengubah sikapnya.

Apa esensi permintaan maaf jika sikap itu tetap saja dipertahankan? Sia-sia belaka. Perjalanan hidup seseorang tidak akan berhenti hanya karena sikap orang lain. Permintaan maaf kadang hanya dimanfaatkan untuk menyamarkan kesalahnnya tetapi tetap saja Ia meneruskan sikapnya. Kalau begitu apa bedanya dengan tidak meminta maaf?

Tidak perlu memberi maaf secara verbal karena sebenarnya perbaikan akan kesalahan itu lebih penting. Kalau memberi maaf tapi membiarkan sikap penyebab kesalahan itu tetap dilakukan ya sama saja. Apalagi kesalahan itu menyangkut orang lain, orang banyak, masa depan, dan mental penurunan kualitas.

Tidak memberi maaf adalah pelajaran untuk perbaikan kesalahan tersebut, dengan catatan kesalahan itu telah diberitahukan sebelum Ia meminta maaf.

Bantul, setelah lebaran, Juli, 2016.


Monday 10 August 2015

Tulisan Cah Teka

Pengkopi di Mruput Ngopi
foto by @fidarinidevi 

Pengennya sih nyari kopi yang tidak dirawat. Ia tumbuh sendiri tanpa campur tangan manusia. Karena menurutku rasanya lebih nikmat. Aku mencari-cari tempat di sekitar Jogja yang masih tumbuh kopi liar. Kopi liar, sebut saja demikian. Meskipun kopi bukan tanaman asli Indonesia, jadi mestinya kurang tepat kalau disebut liar. Sebenarnya dia bisa disebut liar jika tidak didomestikasi oleh manusia. Inget kan bedanya tanaman sama tumbuhan? Nah kopi yang aku cari yang semacam tumbuhan, Ia tumbuh dan berkembang dengan sendirinya.

Kenyataanya kopi liar sebenarnya tidak ada di Indonesia (setahuku). Kopi ada di Indonesia karena didomestikasi oleh orang luar yang datang kesini. Kopi-kopi yang sekarang tumbuh di pekarangan atau di hutan-hutan tanpa campur tangan petani inilah yang ku sebut kopi liar. Kopi-kopi itu yang sama sekali tidak dipupuk, dipangkas ranting-cabangnya, disemprot pestisida dan perlakuan lainnya. Ini jauh lebih ramah lingkungan karena Ia mampu hidup dalam keseimbangan alam dan menjalani rantai makanan serta jejaring makanan. Rata-rata tanamanya tinggi-besar dan produksinya kurang banyak. Aku belum melakukan riset lebih dalam tentang kopi tersebut.  Perkiraanku, ini kopi yang masih belum diutak-atik genetikanya. Kopi yang ada di perkebunan tentu saja telah di-setting genetikanya sehingga Ia berbuah lebih banyak dan panen lebih cepat. Permintaan pasar akan kopi yang tinggi menuntut perubahan genetika tersebut. Apa akibatnya? Lahan konservasi diubah menjadi kebun kopi, penggunaan input sintetis di lahan dibenarkan, putusnya rantai makanan akibat tanaman yang beragam. Ini akan menyebabkan keseimbangan di alam terganggu.

Aku butuh uang tapi tak ingin mengekspliotasi alam. Jadi aku jual kopi dengan jumlah yang terbatas. Aku berusaha tetap menjaga kopi liar itu tetap tumbuh dengan sendirinya. Agar alam tetap terjaga. Bukankah dengan membiarkan sebuah ekosistem kita sudah melestarikan lingkungan? Mereka lebih tahu cara menjaga keseimbangan. Kedepannya aku ingin menanam sendiri kopiku, dan kelak mengaturnya supaya kopi tersebut tumbuh sendiri tanpa campur tanganku. Meskipun aku hidup di dataran rendah yang jarang tumbuh kopi. Aku yakin kopi bisa tumbuh dan berbuah disini karena aku pernah melihat dan menikmati kopi yang tumbuh di tepi pantai. Aku menjumpainya di sebuah daerah di Maluku Tengah.

Ketika blusukan mencari kopi liar lalu bertemu dengan pemilik lahan yang tumbuh kopi liar, biasanya aku malah dikasih secara cuma-cuma. Padahal kan aku mencari kopi tersebut untuk dijual. Ketika mau membeli kopi di lahan teman yang punya kebun kopi, aku juga dikasih secara cuma-cuma. Ya sudah, selama ini aku menggratiskan kopi yang aku buat. Ayo mumpung masih gratis mari merapat ke warung kopiku, pagi-pagi :)

Wednesday 15 April 2015

Membisu di Sebuah Senja


Aku bahagia meski tanpa bicara
Inilah senja yang selalu kudamba
Adalah seorang hamba seperti mereka
Namun aku tak punya kuasa
Tak berdaya
Bahkan untuk sebuah kata
Tapi biarlah seperti adanya
Apalah artinya senja jika tetap menjadi senja
Lebih baik tak bicara
Karena untuk sebuah kata
Aku butuh langkah sejuta.

Pleret, 2 April 2015.

Tuesday 27 January 2015

Sego Separo : "Separo nggo kowe, separo nggo aku..."


Sego separo adalah sebuah ungkapan dalam bahasa jawa yang secara gamblang berarti separuh porsi nasi. Ungkapan ini memiliki makna membagi dua dari sepiring nasi yang akan kita makan. Bayangkan jika Anda makan nasi dengan porsi seperti biasanya. Kemudian nasi didalam piring itu dibagi menjadi dua maka akan ada dua bagian nasi yang jumlahnya masing-masing separuh dari porsi biasanya. Ketika satu bagian nasi itu dipindahkan ke piring yang lain itulah Sego Separo. Begitu juga nasi yang ada di piring Anda.

Mengapa kita perlu membagi dua dari satu porsi nasi yang biasa kita makan? Karena kita perlu membagikan separuh nasi kita kepada orang lain yang kelaparan. Separo nggo kowe, separo nggo aku (Separuh nasi untuk kamu, separuh untuk aku), kenikmatan yang selalu kita dapatkan berupa perut kenyang seharusnya bisa dirasakan pula oleh orang lain. Separo bukan sisa makanan yang kita makan tetapi sebuah keadaan yang setara, aku dan kowe sama-sama kenyang dengan menikmati separo nasi. Kowe menjadi prioritas separo nasi itu (berada di awal kalimat) karena aku telah terbiasa (dan selalu) makan nasi. Sebenarnya tak ada bedanya nasi yang dimakan aku dan kowe karena berasal dari satu nasi yang sama dan dalam jumlah yang sama.

Benarkah aku akan kenyang hanya dengan makan separo nasi? Padahal biasanya aku makan satu porsi nasi. Kalau begitu mari satukan kembali nasi di dalam piring punya aku dan punya kowe lalu kita makan bersama. Jadi aku dan kowe makan satu porsi nasi seperti biasanya. Tak ada bedanya kan? Aku makan satu porsi nasi, kowe pun demikian.