Pengennya sih nyari kopi yang tidak dirawat. Ia tumbuh
sendiri tanpa campur tangan manusia. Karena menurutku rasanya lebih nikmat. Aku
mencari-cari tempat di sekitar Jogja yang masih tumbuh kopi liar. Kopi liar,
sebut saja demikian. Meskipun kopi bukan tanaman asli Indonesia, jadi mestinya
kurang tepat kalau disebut liar. Sebenarnya dia bisa disebut liar jika tidak
didomestikasi oleh manusia. Inget kan bedanya tanaman sama tumbuhan? Nah kopi
yang aku cari yang semacam tumbuhan, Ia tumbuh dan berkembang dengan
sendirinya.
Kenyataanya kopi liar sebenarnya tidak ada di Indonesia
(setahuku). Kopi ada di Indonesia karena didomestikasi oleh orang luar yang datang kesini. Kopi-kopi yang sekarang tumbuh di pekarangan atau di hutan-hutan
tanpa campur tangan petani inilah yang ku sebut kopi liar. Kopi-kopi itu yang sama
sekali tidak dipupuk, dipangkas ranting-cabangnya, disemprot pestisida dan
perlakuan lainnya. Ini jauh lebih ramah lingkungan karena Ia mampu hidup dalam
keseimbangan alam dan menjalani rantai makanan serta jejaring makanan. Rata-rata
tanamanya tinggi-besar dan produksinya kurang banyak. Aku belum melakukan riset
lebih dalam tentang kopi tersebut. Perkiraanku,
ini kopi yang masih belum diutak-atik genetikanya. Kopi yang ada di perkebunan
tentu saja telah di-setting genetikanya
sehingga Ia berbuah lebih banyak dan panen lebih cepat. Permintaan pasar akan
kopi yang tinggi menuntut perubahan genetika tersebut. Apa akibatnya? Lahan
konservasi diubah menjadi kebun kopi, penggunaan input sintetis di lahan
dibenarkan, putusnya rantai makanan akibat tanaman yang beragam. Ini akan
menyebabkan keseimbangan di alam terganggu.
Aku butuh uang tapi tak ingin mengekspliotasi alam. Jadi aku
jual kopi dengan jumlah yang terbatas. Aku berusaha tetap menjaga kopi liar itu
tetap tumbuh dengan sendirinya. Agar alam tetap terjaga. Bukankah dengan
membiarkan sebuah ekosistem kita sudah melestarikan lingkungan? Mereka lebih
tahu cara menjaga keseimbangan. Kedepannya aku ingin menanam sendiri kopiku,
dan kelak mengaturnya supaya kopi tersebut tumbuh sendiri tanpa campur tanganku.
Meskipun aku hidup di dataran rendah yang jarang tumbuh kopi. Aku yakin kopi bisa tumbuh dan berbuah disini karena aku pernah
melihat dan menikmati kopi yang tumbuh di tepi pantai. Aku menjumpainya di
sebuah daerah di Maluku Tengah.
Ketika blusukan mencari kopi liar lalu bertemu dengan
pemilik lahan yang tumbuh kopi liar, biasanya aku malah dikasih secara
cuma-cuma. Padahal kan aku mencari kopi tersebut untuk dijual. Ketika mau
membeli kopi di lahan teman yang punya kebun kopi, aku juga dikasih secara
cuma-cuma. Ya sudah, selama ini aku menggratiskan kopi yang aku buat. Ayo
mumpung masih gratis mari merapat ke warung kopiku, pagi-pagi :)