Menurut saya
penanganan bencana erupsi Kelud adalah respon bencana yang paling bagus selama kejadian
bencana alam selama ini. Memang saya belum banyak pengalaman dalam hal respon
bencana alam dan baru beberapa kali terjun di lapangan sebagai relawan
psikososial, khususnya yang terkait dengan anak-anak dan konservasi alam pasca
bencana bersama relawan Muhammadiyah dibawah Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC). Kali ini saya mengamini argumen SBY
tentang penanganan bencana di Kelud tersebut, beliau mengatakan bahwa
penanganan bencana erupsi Kelud bisa dijadikan model bagi penanganan bencana
lainnya. Para relawan yang berangkat ke Kelud sudah banyak pengalaman menangani
bencana erupsi yang terjadi di Merapi (2010) dan Sinabung (2013), lalu
menerapkannya pada erupsi Kelud kali ini. Hal ini menjadikan penanganan bencana
erupsi Kelud lebih rapi dan terkoordinir dengan baik. Setidaknya hal ini dapat
dilihat dari korban jiwa dari bencana tersebut, 15 Februari (dua hari pasca
erupsi) yang lalu tercatat tujuh orang yang meninggal dunia. Itupun sebenarnya
bukan korban jiwa dari peristiwa erupsi langsung karena penyebab meninggalnya
diantaranya adalah faktor usia, gangguan kesehatan dan kecelakaan saat
membersihkan tempat tinggal.
Pengendara sepeda motor di Jogja yang merasakan dampak erupsi Kelud, sumber : Reuters. |
Ada beberapa
hal yang membedakan penanganan erupsi Kelud dengan Merapi dan Sinabung. Masyarakat
dan relawan mampu bergerak bersama “keluar” dari Kelud sebelum terjadinya
erupsi. Masyarakat telah mengetahui akan terjadinya erupsi, peringatan akan
perubahan status Kelud telah disosialisasikan secara merata pada bulan Januari.
Para penggiat komunitas di sekitar Kelud berperan besaar dalam menyampaikan
perubahan status tersebut. Sementara para relawan juga sudah ancang-ancang melakukan respon bencana
erupsi Kelud. Hal ini terlihat dari obrolan dan coretan status di media sosial
yang dimiliki para relawan, “Siap-siap Kelud njeblug….” Begitulah salah
satunya. Artinya masyarakat dan relawan telah sama-sama siap menghadapi
kemungkinan terjadinya bencana erupsi Kelud.
Kesiapsiagaan
tersebut juga tercermin dari jalur evakuasi, titik kumpul pengungsi dan tempat-tempat
pengungsian yang telah tersedia baik di Kediri, Blitar, Pare maupun Malang. Oleh
karena itu ketika erupsi terjadi, warga sekitar Kelud telah bergerak bersama
relawan secara cepat. Media sosial gencar memberitakan informasi terkait
evakuasi masyarakat Kelud. Hal ini sangat membantu proses evakuasi tersebut,
apalagi melalui media baru tersebut telah tersedia detil tempat pengungsian
seperti alamat, kapasitas pengungsi, contact
person, bahkan peta letak tempat pengungsian tersebut.
Salah satu informasi yang tersedia di twitter, sumber : Samitra A. |
Inilah sesungguhnya
fungsi media sosial, memberikan informasi yang bermanfaat bagi penggunannya. Saya
jadi teringat waktu erupsi Merapi 2010 yang lalu, saya dan beberapa kawan hanya
memantau twitland @jalinmerapi untuk
mengetahui tempat pengungsian mana yang membutuhkan pertolongan dan yang
kelebihan “amunisi”. Melalui medsos tersebut kami bisa mendistribusikan makanan
yang berlebih di salah satu tempat pengungsian ke tempat pengungsian lainnya
yang masih membutuhkan makanan, begitu pula dengan obat-obatan maupun kebutuhan
lainnya. Melalui medsos tersebut kita juga bisa memantau aliran lahar hujan yang
memutus jalur Jogja-Magelang, salah satu daerah yang terdampak erupsi Merapi untuk
menyalurkan bantuan. Dalam bencana erupsi Kelud kali ini, kita bisa memantau timeline seperti @jalinbencana, @KeludNews,
@LinkKelud, ada pula akun twitter
radio @PuspitaFM dan akun pribadi
seperti milik @BayuKFM yang banyak memberikan informasi seputar penanganan
bencana erupsi Kelud. Kini medsos menjadi amunisi baru dalam penanganan bencana
alam dan memberikan dampak positif bagi para relawan dalam mengakses informasi
seputar bencana alam. Lain ceritanya kalau kita hidup di jaman yang belum
mengenal medsos, mungkin penanganan bencananya akan berbeda.
Belajar dari
erupsi Merapi dan Sinabung, ternak juga tak luput dari pantauan para relawan
yang bergerak di Kelud. Komunitas-komunitas pecinta binatang, dokter hewan,
mahasiswa peternakan, dll bergerak membantu warga mengevakuasi ternaknya. Mereka
berkoordinasi dengan relawan lainnya terkait jalur evakuasi dan medan yang akan
dilalui. Penyuluhan tentang kesehatan ternak dan perawatan pasca erupsi juga
mereka berikan kepada masyarakat. Sehingga tak ada lagi masyarakat yang menjadi
korban bencana alam karena pulang kerumah untuk menyelamatkan ternak.
Satu hal
yang menjadi renungan kita semua dalam erupsi Kelud ini, yakni ketika SBY
datang ke lokasi pengungsian di Kediri dan Malang. Fasilitas seperti MCK yang
tadinya biasa-biasa saja bahkan cenderung tidak layak seketika disulap menjadi
sangat layak. Hal ini menandakan sebenarnya pemerintah sangat memapu memberikan
pelayanan, begitu menurut seorang kawan dari Combine, Mas Iman Abdurahman. Saya sependapat dengannya karena
memang penyediaan fasilitas bagi para pengungsi yang layak adalah hak pengungsi
bukan hanya untuk presiden saja. Kejadian ini juga terjadi di Sinabung kemarin
padahal presiden bukan pengungsi bencana alam.
Mengapa pemerintah
tidak menyediakan fasilitas yang layak di tempat pengungsian jauh-jauh hari
sebelumnya? Sehingga jika ada tamu penting yang akan berkunjung sudah tidak
ribet lagi merapikan fasilitas yang tidak layak dan malah mengganggu aktivitas
pengungsi. Dan yang terpenting fasilitas tersebut dapat dirasakan manfaatnya
oleh pengungsi. Karena sebenarnya aktivitas penyambutan presiden yang datang ke
tempat pengungsian justru menjadi beban bagi pengungsi karena harus memenuhi
aturan protokoler. Pemerintah sangat mampu menyediakan fasilitas yang layak
untuk pengungsi jika melihat pesiapan penyambutan presiden di tempat
pengungsian yang sangat sigap menyediakan segala sesuatunya. Atau mungkin akan
berbeda caranya jika presidennya tidak memakai protokoler, kita lihat saja
bagaimana presiden selanjutnya melakukannya.
Saat ini
bencana lainnya masih melanda negara kita. Di berita sedang ramai banjir yang
melanda Jakarta kembali, sebelumnya banjir juga melanda Manado. Belajar dari
bencana di Kelud, semoga para elit pemerintah lebih banyak berperan dalam
mengatasi rakyatnya yang tertimpa bencana. Semoga Tuhan melindungi seluruh
masyarakat di negeri ini. Amin.