Saturday 22 February 2014

Apresiasi untuk Kelud

Menurut saya penanganan bencana erupsi Kelud adalah respon bencana yang paling bagus selama kejadian bencana alam selama ini. Memang saya belum banyak pengalaman dalam hal respon bencana alam dan baru beberapa kali terjun di lapangan sebagai relawan psikososial, khususnya yang terkait dengan anak-anak dan konservasi alam pasca bencana bersama relawan Muhammadiyah dibawah Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC). Kali ini saya mengamini argumen SBY tentang penanganan bencana di Kelud tersebut, beliau mengatakan bahwa penanganan bencana erupsi Kelud bisa dijadikan model bagi penanganan bencana lainnya. Para relawan yang berangkat ke Kelud sudah banyak pengalaman menangani bencana erupsi yang terjadi di Merapi (2010) dan Sinabung (2013), lalu menerapkannya pada erupsi Kelud kali ini. Hal ini menjadikan penanganan bencana erupsi Kelud lebih rapi dan terkoordinir dengan baik. Setidaknya hal ini dapat dilihat dari korban jiwa dari bencana tersebut, 15 Februari (dua hari pasca erupsi) yang lalu tercatat tujuh orang yang meninggal dunia. Itupun sebenarnya bukan korban jiwa dari peristiwa erupsi langsung karena penyebab meninggalnya diantaranya adalah faktor usia, gangguan kesehatan dan kecelakaan saat membersihkan tempat tinggal.

Pengendara sepeda motor di Jogja yang merasakan dampak erupsi Kelud, sumber : Reuters.

Ada beberapa hal yang membedakan penanganan erupsi Kelud dengan Merapi dan Sinabung. Masyarakat dan relawan mampu bergerak bersama “keluar” dari Kelud sebelum terjadinya erupsi. Masyarakat telah mengetahui akan terjadinya erupsi, peringatan akan perubahan status Kelud telah disosialisasikan secara merata pada bulan Januari. Para penggiat komunitas di sekitar Kelud berperan besaar dalam menyampaikan perubahan status tersebut. Sementara para relawan juga sudah ancang-ancang melakukan respon bencana erupsi Kelud. Hal ini terlihat dari obrolan dan coretan status di media sosial yang dimiliki para relawan, “Siap-siap Kelud njeblug….” Begitulah salah satunya. Artinya masyarakat dan relawan telah sama-sama siap menghadapi kemungkinan terjadinya bencana erupsi Kelud.

Kesiapsiagaan tersebut juga tercermin dari jalur evakuasi, titik kumpul pengungsi dan tempat-tempat pengungsian yang telah tersedia baik di Kediri, Blitar, Pare maupun Malang. Oleh karena itu ketika erupsi terjadi, warga sekitar Kelud telah bergerak bersama relawan secara cepat. Media sosial gencar memberitakan informasi terkait evakuasi masyarakat Kelud. Hal ini sangat membantu proses evakuasi tersebut, apalagi melalui media baru tersebut telah tersedia detil tempat pengungsian seperti alamat, kapasitas pengungsi, contact person, bahkan peta letak tempat pengungsian tersebut.

Salah satu informasi yang tersedia di twitter, sumber : Samitra A.

Inilah sesungguhnya fungsi media sosial, memberikan informasi yang bermanfaat bagi penggunannya. Saya jadi teringat waktu erupsi Merapi 2010 yang lalu, saya dan beberapa kawan hanya memantau twitland @jalinmerapi untuk mengetahui tempat pengungsian mana yang membutuhkan pertolongan dan yang kelebihan “amunisi”. Melalui medsos tersebut kami bisa mendistribusikan makanan yang berlebih di salah satu tempat pengungsian ke tempat pengungsian lainnya yang masih membutuhkan makanan, begitu pula dengan obat-obatan maupun kebutuhan lainnya. Melalui medsos tersebut kita juga bisa memantau aliran lahar hujan yang memutus jalur Jogja-Magelang, salah satu daerah yang terdampak erupsi Merapi untuk menyalurkan bantuan. Dalam bencana erupsi Kelud kali ini, kita bisa memantau timeline seperti @jalinbencana, @KeludNews, @LinkKelud, ada pula akun twitter radio @PuspitaFM dan akun pribadi seperti milik @BayuKFM yang banyak memberikan informasi seputar penanganan bencana erupsi Kelud. Kini medsos menjadi amunisi baru dalam penanganan bencana alam dan memberikan dampak positif bagi para relawan dalam mengakses informasi seputar bencana alam. Lain ceritanya kalau kita hidup di jaman yang belum mengenal medsos, mungkin penanganan bencananya akan berbeda.

Belajar dari erupsi Merapi dan Sinabung, ternak juga tak luput dari pantauan para relawan yang bergerak di Kelud. Komunitas-komunitas pecinta binatang, dokter hewan, mahasiswa peternakan, dll bergerak membantu warga mengevakuasi ternaknya. Mereka berkoordinasi dengan relawan lainnya terkait jalur evakuasi dan medan yang akan dilalui. Penyuluhan tentang kesehatan ternak dan perawatan pasca erupsi juga mereka berikan kepada masyarakat. Sehingga tak ada lagi masyarakat yang menjadi korban bencana alam karena pulang kerumah untuk menyelamatkan ternak.

Satu hal yang menjadi renungan kita semua dalam erupsi Kelud ini, yakni ketika SBY datang ke lokasi pengungsian di Kediri dan Malang. Fasilitas seperti MCK yang tadinya biasa-biasa saja bahkan cenderung tidak layak seketika disulap menjadi sangat layak. Hal ini menandakan sebenarnya pemerintah sangat memapu memberikan pelayanan, begitu menurut seorang kawan dari Combine, Mas Iman Abdurahman. Saya sependapat dengannya karena memang penyediaan fasilitas bagi para pengungsi yang layak adalah hak pengungsi bukan hanya untuk presiden saja. Kejadian ini juga terjadi di Sinabung kemarin padahal presiden bukan pengungsi bencana alam.

Mengapa pemerintah tidak menyediakan fasilitas yang layak di tempat pengungsian jauh-jauh hari sebelumnya? Sehingga jika ada tamu penting yang akan berkunjung sudah tidak ribet lagi merapikan fasilitas yang tidak layak dan malah mengganggu aktivitas pengungsi. Dan yang terpenting fasilitas tersebut dapat dirasakan manfaatnya oleh pengungsi. Karena sebenarnya aktivitas penyambutan presiden yang datang ke tempat pengungsian justru menjadi beban bagi pengungsi karena harus memenuhi aturan protokoler. Pemerintah sangat mampu menyediakan fasilitas yang layak untuk pengungsi jika melihat pesiapan penyambutan presiden di tempat pengungsian yang sangat sigap menyediakan segala sesuatunya. Atau mungkin akan berbeda caranya jika presidennya tidak memakai protokoler, kita lihat saja bagaimana presiden selanjutnya melakukannya.

Saat ini bencana lainnya masih melanda negara kita. Di berita sedang ramai banjir yang melanda Jakarta kembali, sebelumnya banjir juga melanda Manado. Belajar dari bencana di Kelud, semoga para elit pemerintah lebih banyak berperan dalam mengatasi rakyatnya yang tertimpa bencana. Semoga Tuhan melindungi seluruh masyarakat di negeri ini. Amin.

Tuesday 11 February 2014

Mulai Menulis dan Nyampah

Lama tidak menulis membuat hari-hariku kurang berwarna. Laman ini saya buat agar bisa seenaknya nyampah diluar tulisan-tulisan yang lebih serius. Melalui ruang ini saya akan belajar menulis, menulis apa saja. Karena bagi saya berhenti menulis sama saja berhenti berjalan. Karena hidup sesungguhnya berjalan bukan berhenti dan diam saja. Jadi tunggu saja, saya akan mulai menyampah.